Sabtu, 02 Agustus 2014

Cinta Tak Bernama 2

          " mas tanya, masih mau nerima gak kalau mas udah gak sendiri lagi?" sepotong pertanyaan dari mas inu ini membuatku terperanjat.
         " maksud mas?"
         " maksud mas, jadi istri mas dan ibu dari anak - anak mas sekarang " 
          " gak tau mas, belum kepikiran "
          " jawab dong.. mas serius nanyanya.."
          " Jujur .. aku sedikit bingung mas, aku gak mau jawabanku memjadi bahan pertimbangan mas buat melakukan sesuatu " jawabku
          " jawab aja... " pinta mas inu. dalam hati aku mendesah galau, mas tau kalau aku pernah mencintai mas. tapi itu dulu, jauh sebelum mas memutuskan untuk menikah dengan mbak lastri. dan aku sudah berusaha dengan keras membunuh sisa - sisa rasa cinta yang pernah ada diantara kita, menjadikannya sekedar rasa sayang  layaknya seorang adik terhadap kakaknya. dan aku tidak ingin menyemainya lagi, memenangkan perasaan kita yang telah lalu... karena bila itu terjadi kita bukan hanya melukai hati mbak lastri, tapi juga anak - anakmu mas.
          " emangnya kenapa mas? ada apa dengan mbak lastri? mas mau cerai?" cecarku " kalau bisa jangan mas, kasihan anak - anak mas, kalau emang ada masalah selesaikan aja, jangan sampai berpisah... kebahagian anak - anak harus diutamakan"
        " aku lebih senang kalau kita seperti ini mas, mas dengan keluarga mas, aku dengan keluarga kecilku nantinya... "
        " atau kamu dah ada seseorang yang kamu sukai?" desak mas inu. aku hanya diam, kalau boleh jujur aku merasa kalau mas inu adalah orang yang paling mengerti diriku, aku merasa nyaman dengan keberadaanmu, mencurahkan segala kegalauan dihadapanmu seakan tak ada artinya, candaanku yang garing terasa renyah bila denganmu.
       " iya mas, sekarang aku lagi suka sama seseorang. entah bagaimana akhirnya, aku gak tau... yang pasti aku menyukainya" jawabku. mas inu hanya diam, tidak menjawab dan akhirnya kita akhiri obrolan kita siang itu.  aku tahu, mas pasti sedih..mas pasti berpikir bila cinta seharusnya saling menerima apa adanya, tapi mas keadaanya berbeda. mas sudah memiliki keluarga sendiri dan aku tidak ingin merusaknya. Mungkin cintaku tidak sebesar cinta yang mas punya, tapi aku tahu rasa sakitnya. aku tidak ingin mas melakukan perbuatan yang paling dibenci Allah - bercerai - walaupun itu juga tidak dilarang Allah.
      " mas minta maaf sudah membuatmu berpikir " itu pesan terakhirmu yang aku terima
      " harusnya aku yang minta maaf mas" bisikku. aku secara tidak sengaja telah menggoyahkan hatimu, membuat hatimu berselingkuh dari cinta mbak lastri.  Menabur pupuk pada benih cinta yang sempat tertanam dihati kita, maaf karena sejujurnya secara tak sengaja benih itu juga telah tumbuh dihatiku. Hanya saja aku masih sanggup bertahan untuk tetap menjaganya sebagai cinta yang berbentuk udara  sedang mas telah membuatnya menjadi angin topan yang tak terbendung.
        Aku ingin mas menjadi calon pemghuni surga, yang bisa membahagiakan keluarganya, mencintai istrinya karena mencintai Allah,dan tidak melakukan perbuatan yang dibenci Allah.  mungkin itulah caraku mencintaimu mas...
        


       
         
           
        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar