Sabtu, 16 Agustus 2014

Satu Wajah Bermuka dua

             Aku sering mendengar ayahku bercerita tentang kisah Serigala berbulu domba, tapi belum pernah mendengar cerita satu wajah bermuka dua. kalau serigala berbulu domba, wajahnya tetap satu hanya bulunya yang berbeda. sedangkan satu wajah bermuka dua... satu bentuk yang elastis.. bisa berubah kapan saja tanpa kita menyadari bahwa mereka telah berubah. mungkin..seperti itulah pemahamanku.
            suatu hari tanpa sengaja, aku bertemu dengan seseorang yang membuatku takut. bukan karena rupanya, bukan karena suaranya dan bukan karena sikapnya. tapi takut karena senyumannya, senyuman yang justru menjadikan semua keadaan tidak baik. selalu tersenyum, ramah dan baik ternyata tidak menjadikan seseorang benar - benar baik.  dia selalu tersenyum, selalu baik.. tapi ternyata senyum dan kebaikan yang diberikan hanya bersifat semu belaka.aku terperangah, tidak menyangka ada yang seperti ini.
          sesampainya dirumah aku langsung memandangi wajahku yang tergambar nyata dicermin. apakah aku pernah bersikap seperti itu, apakah senyumku pernah semenakutkan seperti itu. satu persatu kejadian - kejadian dimasa lalu berkelebat, mengantarkan aku pada semua detail yang mungkin pernah terlewat saat menggambarkan sifat yang melekat pada diriku. tanpa sadar air mata mulai berjatuhan dipipi, ya..  ternyata aku juga kurang lebih seperti itu. satu wajah bermuka dua..... ampuni aku ya Allah... bimbinglah agar aku tak lagi seperti itu dimasa depan.  amin....
          

Sabtu, 09 Agustus 2014

Cinta tak bernama 3

          " Anang Widhi Nirwansyah.." aku membaca nama yang tertera dikartu nama yang ada di dompet. sudah cukup lama kartu nama ini tersimpan rapi, dan tak sekalipun terbersit untuk membuangnya. aku memang mengagumi sosoknya, kesolehannya, pembawaannya dan kepintarannya. aku selalu memikirkan cara untuk mendekatinya, bagaimana cara membuka komunikasi dan selalu saja tak pernah bisa terjadi. aku terlalu takut untuk memulai, dan sekarang aku mulai berpikir untuk mengakhiri semua ini. memikirkannya saja membuatku sedih, dan aku tidak ingin terus berlarut seperti ini. aku menengok kesebelah, memperhatikan neng yang tengah asyik  dengan dunianya sendiri,
        " neng..... " aku menarik lengan bajunya.
        " kenapa?" jawabnya ketus tanpa sedikitpun menoleh ke arahku
        " neng....."
        " mas wi lagi?" akhirnya dia menatap kearahku. aku mengangguk sambil memperlihatkan kartu nama yang ada ditanganku
        " telpon saja kalau rindu, atau kirim email saja"
        " buang saja ya? " tanyaku
        " udah menyerah? "
        aku bingung, aku menyukainya... mungkin aku jatuh cinta padanya. tapi apakah mungkin? aku hanya beberapa hari mengenalnya. itupun tidak intens, perkenalan kami hanya sebatas peserta dan pemateri. aku yang selalu memandangnya, membuat penilaian sendiri tentang sosoknya, menciptakan semua yang kusuka pada dirinya.
      " sepertinya aku harus kembali ke dunia nyata neng.... selama ini seperti hidup dalam mimpi, sebelum tidur selalu berharap bertemu, bangun tidur berharap mimpi akan menjadi kenyataan... "
      "terus??" 
      " kok terus sih? "
      " lah iya, selama ini kamu habiskan waktu hanya berpikir bagaimana cara mendekati mas wi, tapi tidak pernah ada tindak lanjutnya. thingking yes... no action " aku terdiam
      " aku nyadar diri neng.... "
     " maksudnya?"
     " cantik enggak, manis juga tidak. pintar apalagi... apa yang bisa dibanggakan coba....lagian mas wi itu kayaknya lebih muda dari kita "
     " wih.. kalah sebelum berperang dong....masa gak pede gitu, emang dah pernah tanya orangnya?" aku menggelengkan kepala dengan keras,
   " kalau dia lebih muda emangnya kenapa? udah gih.. tanya dulu orangnya...."
   " gak ah neng, biarin aja... aku terlalu malu untuk memulai,  "
  " iy.. ini anak bikin gemas aja.." neng pergi meninggalkanku sendirian. tahu gak neng, aku takut bila bertanya akan mendapatkan jawaban yang tidak kuinginkan. aku tidak ingin menghapus semua bayangan baik tentang dirinya dihatiku. biarlah dia menjadi sebaik yang aku angankan. kumasukkan kembali kartu nama kedalam dompet. aku tahu mungkin aku terlalu lemah untuk memperjuangkan rasa sayangku padamu mas, tapi aku tahu satu hal yang bisa membuatku dekat denganmu. ^_~
 

Sabtu, 02 Agustus 2014

Cinta Tak Bernama 2

          " mas tanya, masih mau nerima gak kalau mas udah gak sendiri lagi?" sepotong pertanyaan dari mas inu ini membuatku terperanjat.
         " maksud mas?"
         " maksud mas, jadi istri mas dan ibu dari anak - anak mas sekarang " 
          " gak tau mas, belum kepikiran "
          " jawab dong.. mas serius nanyanya.."
          " Jujur .. aku sedikit bingung mas, aku gak mau jawabanku memjadi bahan pertimbangan mas buat melakukan sesuatu " jawabku
          " jawab aja... " pinta mas inu. dalam hati aku mendesah galau, mas tau kalau aku pernah mencintai mas. tapi itu dulu, jauh sebelum mas memutuskan untuk menikah dengan mbak lastri. dan aku sudah berusaha dengan keras membunuh sisa - sisa rasa cinta yang pernah ada diantara kita, menjadikannya sekedar rasa sayang  layaknya seorang adik terhadap kakaknya. dan aku tidak ingin menyemainya lagi, memenangkan perasaan kita yang telah lalu... karena bila itu terjadi kita bukan hanya melukai hati mbak lastri, tapi juga anak - anakmu mas.
          " emangnya kenapa mas? ada apa dengan mbak lastri? mas mau cerai?" cecarku " kalau bisa jangan mas, kasihan anak - anak mas, kalau emang ada masalah selesaikan aja, jangan sampai berpisah... kebahagian anak - anak harus diutamakan"
        " aku lebih senang kalau kita seperti ini mas, mas dengan keluarga mas, aku dengan keluarga kecilku nantinya... "
        " atau kamu dah ada seseorang yang kamu sukai?" desak mas inu. aku hanya diam, kalau boleh jujur aku merasa kalau mas inu adalah orang yang paling mengerti diriku, aku merasa nyaman dengan keberadaanmu, mencurahkan segala kegalauan dihadapanmu seakan tak ada artinya, candaanku yang garing terasa renyah bila denganmu.
       " iya mas, sekarang aku lagi suka sama seseorang. entah bagaimana akhirnya, aku gak tau... yang pasti aku menyukainya" jawabku. mas inu hanya diam, tidak menjawab dan akhirnya kita akhiri obrolan kita siang itu.  aku tahu, mas pasti sedih..mas pasti berpikir bila cinta seharusnya saling menerima apa adanya, tapi mas keadaanya berbeda. mas sudah memiliki keluarga sendiri dan aku tidak ingin merusaknya. Mungkin cintaku tidak sebesar cinta yang mas punya, tapi aku tahu rasa sakitnya. aku tidak ingin mas melakukan perbuatan yang paling dibenci Allah - bercerai - walaupun itu juga tidak dilarang Allah.
      " mas minta maaf sudah membuatmu berpikir " itu pesan terakhirmu yang aku terima
      " harusnya aku yang minta maaf mas" bisikku. aku secara tidak sengaja telah menggoyahkan hatimu, membuat hatimu berselingkuh dari cinta mbak lastri.  Menabur pupuk pada benih cinta yang sempat tertanam dihati kita, maaf karena sejujurnya secara tak sengaja benih itu juga telah tumbuh dihatiku. Hanya saja aku masih sanggup bertahan untuk tetap menjaganya sebagai cinta yang berbentuk udara  sedang mas telah membuatnya menjadi angin topan yang tak terbendung.
        Aku ingin mas menjadi calon pemghuni surga, yang bisa membahagiakan keluarganya, mencintai istrinya karena mencintai Allah,dan tidak melakukan perbuatan yang dibenci Allah.  mungkin itulah caraku mencintaimu mas...